Minggu, 25 Agustus 2019


Pengertian, Fungsi , Tujuan, Manfaat, Contoh, dan Jenis-Jenis Peramalan (Forecasting)

Pengertian Peramalan (Forecasting) 

Pengertian, Fungsi dan Jenis-Jenis Peramalan (Forecasting)
Peramalan atau Forecasting
Peramalan (Bahasa Inggris = Forecasting) adalah suatu teknik analisa perhitungan yang dilakukan dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif untuk memperkirakan kejadian dimasa depan dengan menggunakan referensi data-data di masa lalu. Peramalan bertujuan untuk memperkirakan prospek ekonomi dan kegiatan usaha serta pengaruh lingkungan terhadap prospek tersebut.

Peramalan atau Forecasting merupakan bagian terpenting bagi setiap perusahaan ataupun organisasi bisnis dalam setiap pengambilan keputusan manajemen. Peramalan itu sendiri bisa menjadi dasar bagi perencanaan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang suatu perusahaan. Di dalam sebuah peramalan (forecasting) dibutuhkan sedikit mungkin kesalahan (error) di dalamnya. Agar dapat meminimalisir tingkat kesalahan tersebut, maka akan lebih baik jika peramalan tersebut dilakukan dalam satuan angka atau kuantitatif.

Berikut ini beberapa pengertian atau definisi peramalan atau forecasting dari beberapa sumber buku:
  • Menurut Nasution dan Prasetyawan (2008:29), peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa.
  • Menurut Sumayang (2003:24), peramalan adalah perhitungan yang objektif dan dengan menggunakan data-data masa lalu, untuk menentukan sesuatu di masa yang akan datang. 
  • Menurut Supranto (2000), ramalan merupakan dugaan atau perkiraan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu yang akan datang. Ramalan bisa bersifat kualitatif, artinya tidak berbentuk angka dan bisa bersifat kuantitatif, artinya berbentuk angka, dinyatakan dalam bilangan. 
  • Menurut Heizer dan Render (2009:162), peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikannya ke masa mendatang dengan suatu bentuk model matematis. Selain itu, bisa juga merupakan prediksi intuisi yang bersifat subjektif. Atau dapat juga dilakukan dengan menggunakan kombinasi model matematis yang disesuaikan dengan pertimbangan yang baik dari seorang manajer.
  • Menurut Murahartawaty (2009:41), peramalan adalah penggunaan data masa lalu dari sebuah variabel atau kumpulan variabel untuk mengestimasi nilainya di masa yang akan datang. Jika kita dapat memprediksi apa yang terjadi di masa depan maka kita dapat mengubah kebiasaan kita saat ini menjadi lebih baik dan akan jauh lebih berbeda di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan kinerja di masa lalu akan terus berulang setidaknya dalam masa mendatang yang relatif dekat.

Tujuan dan Fungsi Peramalan (Forecasting) 

Fungsi peramalan atau forecasting terlihat pada saat pengambilan keputusan. Keputusan yang baik adalah keputusan yang didasarkan atas pertimbangan apa yang akan terjadi pada waktu keputusan itu dilaksanakan. Apabila kurang tepat ramalan yang kita susun, maka masalah peramalan juga merupakan masalah yang selalu kita hadapi (Ginting, 2007).

Menurut Heizer dan Render (2009:47), peramalan atau forecasting memiliki tujuan sebagai berikut:
  1. Untuk mengkaji kebijakan perusahaan yang berlaku saat ini dan dan di masa lalu serta melihat sejauh mana pengaruh di masa datang. 
  2. Peramalan diperlukan karena adanya time lag atau delay antara saat suatu kebijakan perusahaan ditetapkan dengan saat implementasi. 
  3. Peramalan merupakan dasar penyusutan bisnis pada suatu perusahaan sehingga dapat meningkatkan efektivitas suatu rencana bisnis.

Jenis-jenis Peramalan (Forecasting) 

Berdasarkan horizon waktu, peramalan atau forecasting dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (Herjanto, 2008:78):
  1. Peramalan jangka panjang, yaitu yang mencakup waktu lebih besar dari 18 bulan. Misalnya, peramalan yang diperlukan dalam kaitannya dengan penanaman modal, perencanaan fasilitas dan perencanaan untuk kegiatan litbang.
  2. Peramalan jangka menengah, yaitu mencakup waktu antara 3 sampai 18 bulan. Misalnya, peramalan untuk perencanaan penjualan, perencanaan produksi dan perencanaan tenaga kerja tidak tetap.
  3. Peramalan jangka pendek, yaitu mencakup jangka waktu kurang dari 3 bulan. Misalnya, peramalan dalam hubungannya dengan perencanaan pembelian material, penjadwalan kerja dan penugasan karyawan.
Berdasarkan fungsi dan perencanaan operasi di masa depan, peramalan atau forecasting dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (Heizer dan Render, 2009:47):
  1. Peramalan ekonomi (economic forecast), peramalan ini menjelaskan siklus bisnis dengan memprediksi tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk membangun perumahan dan indikator perencanaan lainnya. 
  2. Peramalan teknologi (technological forecast), peramalan ini memperhatikan tingkat kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan yang baru. 
  3. Peramalan permintaan (demand forecast), adalah proyeksi permintaan untuk produk atau layanan perusahaan. Proyeksi permintaan untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini juga disebut peramalan penjualan yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan sumber daya manusia.
Berdasarkan jenis data ramalan yang disusun, peramalan dibagi menjadi dua jenis, yaitu (Saputro dan Asri, 2000:148):
  1. Peramalan kualitatif, yaitu peramalan yang didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu. Hasil ramalan yang dibuat sangat tergantung pada orang yang menyusunnya. Hal ini penting karena peramalan tersebut ditentukan berdasarkan pemikiran yang bersifat intuisi, pendapat, dan pengetahuan serta pengalaman dari penyusunnya. Biasanya peramalan secara kualitatif ini didasarkan atas hasil penyelidikan, seperti pendapat salesman, pendapat sales manajer pendapat para ahli dan survey konsumen. 
  2. Peramalan kuantitatif, yaitu peramalan yang didasarkan atas data penjualan pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat tergantung pada metode yang dipergunakan dalam peramalan tersebut. Penggunaan metode yang berbeda akan diperoleh hasil yang berbeda pula.
Berdasarkan sifat penyusunannya, peramalan dibagi menjadi dua jenis, yaitu (Ginting, 2007)
  1. Peramalan subjektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas perasaan atau intuisi dari orang yang menyusunnya. 
  2. Peramalan objektif, yaitu peramalan yang didasarkan atas data yang relevan pada masa lalu, dengan menggunakan teknik-teknik dan metode-metode dalam penganalisaan data tersebut.

Menurut Saputro dan Asri (2000:148) berdasarkan jenis data ramalan yang disusun, peramalan jenis ini dibedakan menjadi dua, yakni:
  • Peramalan Kualitatif
    Adalah peramalan yang berdasar pada kualitatif di masa lalu. Hasil ramalan yang dibuat sangat bergantung dari orang yang menyusunnya. Hal ini penting karena peramalan tersebut ditentukan menurut pemikiran yang sifatnya intuisi, pendapat dan pengetahuan serta pengalaman dari penyusunnya.Seringkali peramalan yang dengan kualitatif ini berdasarkan pada hasil penyelidikan seperti pendapat salesman, pendapat sales manajer, pendapat para ahli dan survey konsumen.
  • Peramalan Kuantitatif
    Adalah peramalan yang berdasar pada data penjualan di masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat adalah bergantung dari metode yang digunakan dalam peramalan tersebut. Pemakaian metode yang berbeda akan dihasilkan hasil yang berbeda pula.
Menur Ginting (2007) berdasarkan sifat penyusunnya, peramalan dibedakan menjadi dua jenis, yakni:
  • Peramalan Subjektif
    Adalah peramalan yang berdasar pada perasaan atas intuisi dari orang yang menyusunnya.
  • Peramalan Objektif
    Adalah peramalan yang berdasar pada data yang relevan di masa lalu dengan memakai teknik-teknik dan metode-metode dalam menganalisa data tersebut.

 

Metode sangat diperlukan dalam membuat forecasting karena dengan adanya metode, kita dapat membuat sebuah peramalan yang akurat dan efektif dengan memanfaatkan data-data informasi di masa lampau yang relevan sehingga dapat membuat kita lebih mudah dalam mengambil keputusan. Berikut metode-metode forecasting :
  1. Metode yang menggunakan analisa hubungan antar variable yang diperkirakan dengan variable waktu yang merupakan deret waktu berkala.
Dalam metode ini dapat dibagi lagi menjadi 3 macam metode yaitu :
a. Metode pemulusan (smoothing), yaitu metode yang dilakukan dengan cara pemulusan data yang terdapat di masa lampau guna mendapat data yang akurat dimasa yang akan datang.
b. Metode Box Jenkins
c. Metode Proyeksi Tren dengan regresi
  1. Metode yang menggunakan analisis pola hubungan antar variable yang akan diperkirakan dengan variable lain yang dapat mempengaruhinya, variable lain bukan merupakan variable waktu namun variable korelasi atau sebab akibat.
Dalam metode ini dapat dibagi lagi menjadi 3 metode yaitu:
    • Metode Regresi dan Korelasi
    • Metode Ekonometri
    • Metode Input Output

Langkah-langkah Forecasting

  1. Menganalisis data yang relevan di masa lampau dengan memperhatikan pola yang terbentuk.
  2. Menentukan metode yang akan digunakan, metode yang tepat adalah metode yang dapat meghasilkan peramalan dengan sedikit kesalahan.
  3. Memproyeksikan data di masa lampau dengan metode yang dipilih dengan memperhatikan pertimbangan-pertimbangan faktor-faktor yang ada di lingkungan, kebijakan-kebijakan eksternal, perkembangan lingkungan dan teknologi.
Baca juga:

Contoh Forecasting

Dalam meluncurkan sebuah produk baru, sebuah perusahaan menggunakan data-data penjualan produk lamanya yang terjual di pasaran. Dengan metode kuisioner perusahaan ini mendapat kesimpulan bahwa pasar lebih menyukai produk dengan kualitas yang bagus dan harga yang tidak terlalu mahal. Kemudian perusahaan ini meluncurkan produknya ke pasaran dengan harga awal yang lumayan tinggi, namun kualitasnya bagus, setelah itu dilakukanlah penurunan harga produk tersebut guna mendapatkan perhatian masyarakat dan mengurangi para pesaing.
Tidak sampai disitu, perusahaan kemudian melakukan survey pelanggan melalui media massa atau dengan mewawancarai pelanggan secara langsung guna mendapatkan tanggapan terhadap produk yang mereka keluarkan hingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam strategi forecasting berikutnya.

Proses Forecasting

  1. Menentukan tujuan, dalam membuat peramalan maka harus memiliki tujuan yang jelas sehingga nantinya dapat membuat ramalan yang sesuai serta menjadi dasar dalam pengambilan keputusan yang tepat.
  2. Memilih teori, menggunakan teori yang tepat dan sesuai dengan ramalan sangat dibutuhkan karena dapat mempermudah kegiatan peramalan.
  3. Pencarian data yang tepat, perlunya data yang relevan supaya menghasilkan peramalan yang sesuai.
  4. Analisis data, adanya data yang kadang tidak sesuai membuat kita harus menganalisis peramalan dengan teliti.
  5. Pengestimasian model awal, kita akan menguji data yang ada dengan metode yang telah kita pilih.
  6. Menyajikan ramalan sementara kepada manajemen dimana membutuhkan penyesuaian terhadap pengaruh lingkungan.
  7. Revisi akhir
  8. Menyebarkan hasil peramalan dengan tepat waktu.
  9. Memantau peramalan yang sudah berjalan guna menghindari adanya kesalahan-kesalahan fatal.

 Dengan metode kuadrat terkecil (MKT) didapat :




 
Contoh : Tabel berikut adalah memperlihatkan jumlah kecelakaan yang terjadi di Florida State Highway 101 selama 4 tahun. Ramalkan jumlah kecelakaan yang terjadi pada bulan Mei.




Semoga bermanfaat.

SALAM SUKSES

Daftar Pustaka

  • Gunawan Adi Saputro dan Marwan Asri. 2000. Anggaran Perusahaan Edisi 3. Yogyakarta: BPFE.
  • Nasution A.H. dan Prasetyawan Y. 2008. Perencanaan & Pengendalian Produksi, Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
  • Sumayang, Lalu. 2003. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Salemba Empat,Jakarta.
  • Supranto J. 2000. Statistik (Teori dan Aplikasi), Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
  • Heizer, Jay dan Render, Barry. 2009. Manajemen Operasi, Buku 1 Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat.
  • Murahartawaty. 2009. Peramalan. Jakarta: Sekolah Tinggi Teknologi Telkom.
  • Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
  • Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi, Edisi Ketiga. Jakarta: Grasindo.

Apa itu 5S ???

5S – Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke (5R)

By: Ali Akbar Irawan (Irakbarali)

5S adalah suatu metode penataan dan pemeliharaan wilayah kerja secara intensif yang berasal dari Jepang yang digunakan oleh manajemen dalam usaha memelihara ketertiban, efisiensi, dan disiplin di lokasi kerja sekaligus meningkatan kinerja perusahaan secara menyeluruh.[1] Penerapan 5S umumnya diberlakukan bersamaan dengan penerapan kaizen agar dapat mendorong efektivitas pelaksanaan 5S.[1] Di Indonesia  metode ini dikenal dengan istilah 5R, sedangkan di Amerika dan Eropa dikenal dengan 5C.[1]

Bagi anda yang pernah berinteraksi dengan dunia pabrik tentunya tidak asing dengan istilah 5S. Pabrik yang menerapkan program 5S akan terlihat bersih dan teratur.  Mereka berpikir keadaan yang berantakan akan menyembunyikan masalah. Program 5S dipandang sebagai usaha untuk memunculkan masalah yang selama ini tersembunyi  dari para pemecah masalah (problem solver).

Saat ini, program 5S telah banyak diadopsi oleh berbagai industri di berbagai negara. Popularitas 5S ini tak lepas dari kesuksesan industri Jepang yang selama ini memusatkan  perhatiannya terhadap pengurangan segala  pemborosan (waste). 5S adalah landasan untuk membentuk perilaku manusia agar memiliki kebiasaan (habit) mengurangi pembororsan di tempat kerjanya.

Program 5S pertama kali diperkenalkan di Jepang sebagai suatu gerakan kebulatan tekad untuk mengadakan pemilahan (seiri), penataan (seiton), pembersihan (seiso), penjagaan kondisi yang mantap (seiketsu), dan penyadaran diri akan kebiasaan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik (shitsuke). Masing-masing S dalam 5S beserta penjelasannya dijelaskan di bawah ini.

 

1S – Seiri (Ringkas)

Seiri merupakan langkah awal implementasi 5S, yaitu: pemilahan barang yang berguna dan tidak berguna;  barang berguna disimpan dan barang tidak berguna dibuang.

Dalam langkah awal ini dikenal istilah Red Tag Strategy,  yaitu menandai barang-barang yang sudah tidak berguna dengan label merah (red tag) agar mudah dibedakan dengan barang-barang yang masih berguna. Barang-barang dengan label merah kemudian disingkirkan dari tempat kerja. Semakin ramping (lean) tempat kerja dari barang-barang yang tidak dibutuhkan, maka akan semakin efisien tempat kerja tersebut.

 

2S – Seiton (Rapi)

Seiton adalah langkah kedua setelah pemilahan, yaitu: penataan barang yang berguna agara mudah dicari, 
dan aman, serta diberi indikasi.Dalam langkah kedua ini dikenal istilah Signboard Strategy, yaitu menempatkan barang-barang berguna secara rapih dan teratur kemudian diberikan indikasi atau penjelasan tentang tempat, nama barang, dan berapa banyak barang tersebut agar pada saat akan digunakan barang tersebut mudah dan cepat diakses. Signboard strategy mengurangi pemborosan dalam bentuk gerakan mondar-mandir mencari barang.

 

3S – Seiso (Resik)

Seiso adalah langkah ketiga setelah penataan, yaitu: pembersihan barang yang telah ditata dengan rapih agar tidak kotor, termasuk tempat kerja dan lingkungan serta mesin, baik mesin yang breakdown maupun dalam rangka program preventive maintenance(PM).Sebisa mungkin tempat kerja dibuat bersih dan bersinar seperti ruang pameran agar lingkungan kerja sehat dan nyaman sehingga mencegah motivasi kerja yang turun akibat tempat kerja yang kotor dan berantakan.

 

4S – Seiketsu (Rawat)

Seiketsu adalah langkah selanjutnya setelah seiriseiton, dan seiso, yaitu: penjagaan lingkungan kerja yang sudah rapi 
dan bersih menjadi suatu standar kerja. Keadaan yang telah dicapai dalam proses seiriseiton, dan seiso harus distandarisasi. Standar-standar ini harus mudah dipahami, diimplementasikan ke seluruh anggota organisasi, dan  diperiksa secara teratur dan berkala.

 

5S – Shitsuke (Rajin)

Shitsuke adalah langkah terakhir, yaitu penyadaran diri akan etika kerja: (1) Disiplin terhadap standar, (2) Saling menghormati, (3) Malu melakukan pelanggaran, dan (4) Senang melakukan perbaikan.

 

 

Padanan  5S dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

 

Tabel 1
Padanan 5S dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

JEPANG INDONESIA INGGRIS 5S5R5S5P5K5S1S
SeiriRingkas
SortirSisihPemilahanKetertibanSort2SSeitonRapiSusunSusunPenataanKerapihanSet in Order3SSeisoResikSapuSasapPembersihanKebersihanShine4SSeiketsuRawatStandardisasiSosohPenjagaanKelestarianStandardize5SShitsukeRajinSwa-disiplinSuluhPenyadaranKedisiplinanSustain

 

 

Suksesnya 5S terletak pada sejauhmana orang melakukan 5S sebagai suatu kebiasaan (habit) bukan paksaan sehingga inisiatif perbaikan akan muncul dengan sendirinya. Di bawah ini saya telah merangkum hal-hal penting untuk pelaksanaan program 5S berdasarkan beberapa literatur dan juga perspektif pribadi saat menyaksikan langsung aktivitas 5S di tempat kerja.

Membutuhkan keterlibatan/partisipasi semua orang dalam organisasi dari level atas sampai level bawah.Membutuhkan komitmen manajemen untuk memastikan kegiatan 5S dilakukan setiap hari dan dianggap sebagai prioritas.Merubah perspektif semua orang dalam organisasi bahwa 5S lebih dari sekedar program kebersihan maupun housekeeping management.Menerapkan 5S secara konsisten untuk perubahan budaya.Menggunakan sistem visual displayuntuk mengkomunikasikan  aktivitas 5S secara efektif.Melakukan audit 5S secara teratur (mingguan, bulanan, dan surprise audit) untuk menilai performance.Membutuhkan edukasi tentang konsep  dan keuntungan aktivitas 5S.

Adapun manfaat penerapan 5S di tempat kerja antara lain :

  1. Meningkatkan produktivitas karena pengaturan tempat kerja yang lebih efisien.
  2. Meningkatkan kenyamanan karena tempat kerja selalu bersih dan menjadi luas/lapang.
  3. Mengurangi bahaya di tempat kerja karena kualitas tempat kerja yang bagus/baik.
  4. Menambah penghematan karena menghilangkan berbagai pemborosan di tempat kerja.

Budaya 5S saat ini sudah banyak diterapkan pada banyak perusahaan (organisasi), terbukti melalui penerapkan budaya 5S tersebut banyak perusahaan-perusahaan yang tumbuh berkembang menjadi perusahaan maju dan berdaya saing tinggi.

Sebagai penutup saya mau mengutip salah satu paragraf dari artikel yang disusun Utomo (2011).

5S tidak sulit untuk dipahami, tapi 5S sangat sulit untuk dilaksanakan dengan benar. 5S memerlukan kegigihan, kebulatan tekad, dan memerlukan usaha yang terus menerus. 5S mungkin tidak akan memberikan hasil yang dramatis. Namun 5S membuat pekerjaan lebih mudah. 5S akan mengurangi pemborosan waktu kerja kita. 5S akan membuat kita bangga atas pekerjaan kita. 5S akan meningkatkan produktifitas kerja dan mutu yang lebih baik, sedikit demi sidikit, namun terus menerus.


 

 

 

Sumber & Rujukan Lain:

Cakrawijaya. (n.d.). Shopfloor Improvement Specialist [Web log post]. Retrieved from http://cakrawijaya.blogspot.com/

Fearing, R.C. & Hong, T.H. (2004). 5S’s and Waste Walks [PDF document]. Retrieved from MIT OpenCourseWare: http://ocw.mit.edu/courses/engineering-systems-division/esd-60-lean-six-sigma-processes-summer-2004/lecture-notes/

Hirano, H. (2009). JIT implementation manual : The complete guide to just-in-time manufacturing. Available from http://www.crcpress.com/product/isbn/9781420090321

LeanIndonesia.com. (2011, June 19). Sekilas tentang 5S. [Web log post]. Retrieved from http://www.leanindonesia.com/2011/06/sekilas-tentang-5s/

Kategori: 5S

Tag: 5R5SleanPMpreventive maintenancerajinrapirawatred tagred tag strategyresikringkasseiketsuseiriseisoseitonset in ordershineshitsukesignboard strategysortstandardizesustain